Keterwakilan Perempuan di Parlemen Makin Meningkat

Jakarta, Rabigh Online
Politik perempuan di Indonesia dinilai semakin mengalami penguatan. Salah satu indikasinya adalah keterwakilan perempuan di parlemen periode mendatang yang semakin meningkat.

Dari sekitar 11% hasil pemilu legislatif 2004, suara perempuan naik menjadi 18% pada pemilu legislatif 2009. Kursinya keterwakilan perempuan di DPR RI meningkat dari 61 menjadi 101 kursi.

Ketua DPP PKB Ida Fauziah megaku optimis politik perempuan terutama di parlemen akan makin berdaya. Saat ini saja meski keterwakilan perempuan masih dinilai kurang, banyak produk DPR yang pro perempuan.
“Yang 11% saja banyak yang telah dilakukan apalagi nanti kalau 18% saya harapkan lebih banyak lagi,” kata Ida.

Ketua FKB DPR ini mengatakan saat putusan MK soal suara terbanyak membuyarkan memang sempat ada kekhwatiran kalangan perempuan. Namun pihaknya menjawab itu tidak hanya dengan diskusi namun juga dengan kerja keras ke bawah.

Ida mengatakan perjuangan tidak akan berhenti di pusat. Sebab di daerah keterwakilan perempuan masih dinilai minim.

“Yang harus kita pikirkan adalah bagaimana gender mainstreaming ini sampai juga ke daerah, karena di daerah justru lebih banyak persoalan perempuan,” ujarnya.

Sementara Wakil Ketua Umum DPP PKB Nursyahbani Katjasungkana mengatakan gembira dengan meningkatnya keterwakilan perempuan di parlemen. Dia juga mengetakan di PKB peningkatan itu juga terjadi.

“Meski jumlah kursinya menurun tapi jumlah perempuannya naik, ini menggembirakan bagi penguatan politik perempuan,” kata aktivis perempuan ini.

Sementara itu pengamat politik Indonesia dari Australian National University Marcus Mietzer mengatakan keterwakilan perempuan di perlemen hasil pemilu 2009 memang prestasi yang tinggi bagi perpolitikan perempuan Indonesia.

Marcus mengatakan dengan kondisi seperti itu politik perempuan dan keterwakilan perempuan Indonesia di perlemen sudah bisa setara dengan negara-negara lain. Sebab rata-rata keterwakilan memang 18%.

Bahkan dibandingkan Amerika Serikat yang hanya 17%, Indonesia lebih baik. Juga dengan negara-negara Arab yang hanya 9% rata-rata keterwakilannya.

Namun masih banyak Negara yang lebih tinggi yaitu negara-negara Skandinavia yang mencapai 21%, dan Eropa 19%. “Yang paling tinggi yaitu Rwanda 56%. Karena banyak laki-laki meninggal dalam perang sipil sehingga peran politik diambil perempuan di sana,” katanya.

Menurutnya, putusan MK soal suara terbanyak yang sempat dirisaukan ternyata tidak terbukti membuat perempuan kalah bersaing. “Saat ini perempuan ini banyak yang tidak percaya diri. Padahal banyak perempuan yang yang punya popularitas dan mengakar di grass root,” tegasnya. (nam)

0 komentar:

Posting Komentar